jump to navigation

Mohandas Karamchand Gandhi/Mahatma Gandhi : Perjuangan dan Pemikirannya 15/06/2008

Posted by chillinaris in Love, People, Politik, Religion, Renungan, Motivasi, & Pengembangan Diri, Uncategorized.
Tags: , , , , , , , , , , , , , ,
trackback

Gandhi telah mulai merintis perjuangannya sejak di berada di Afrika Selatan. Pada tahun 1893 dimana dia melihat adanya perlakuan diskriminasi yang dilakukan oleh pemerintah setempat terhadap masyarakat India, serta masyarakat kulit hitam di sana untuk melakukan tindakan non-kooperasi terhadap pemerintah / penguasa Afrika Selatan.

Gandhi menemukan penindasan tidak hanya pada mereka yang membangkang, namun juga pada yang luka-luka dan meregang nyawa. Dalam catatan hariannya, Gandhi menulis, “Saat itu tak ada orang Eropa yang bersedia membantu membalut luka mereka…Kami harus membersihkan luka-luka orang Zulu yang tidak dirawat setidaknya setelah lima atau enam hari yang lalu, karena itu luka-lukanya membusuk dan sangat menakutkan. Kami menyukai pekerjaan kami.”

“Saat itu tak ada orang Eropa yang bersedia membantu membalut luka mereka…Kami harus membersihkan luka-luka orang Zulu yang tidak dirawat setidaknya setelah lima atau enam hari yang lalu, karena itu luka-lukanya membusuk dan sangat menakutkan. Kami menyukai pekerjaan kami.”

Situasi itu menjadi peletup kesadaran Gandhi bahwa kekerasan tak bisa diselesaikan dengan kekerasan. Bila mata dibalas dengan mata, semua manusia akan gelap mata. Kesadaran lain yang muncul saat itu adalah bahwa ia harus memberikan pelayanan terhadap semua manusia dengan segenap jiwa raganya. Kesadaran ini diwujudkan dalam prinsip perjuangan: bramkhacharya (mengendalikan hasrat seksual), satyagraha (kekuatan kebenaran dan cinta), swadeshi (memenuhi kebutuhan sendiri) dan ahimsa (tanpa kekerasan terhadap semua makhluk). Setelah itu, Gandhi terus-menerus melakukan perlawanan kesewenang-wenangan dengan gerakan tanpa kekerasan. Misalnya, Gandhi menolak aturan diskriminatif dengan mogok makan, berjalan kaki bermil-mil, membuat garam sendiri ketika semua rakyat harus membeli garam dari pemerintah Inggris, dan sebagainya

Bagi Gandhi, hasrat seksual merupakan sumber dari kejahatan dan cenderung mementingkan diri sendiri, yaitu nafsu, amarah, dan agresi. Hasrat seksual dapat ditaklukkan melalui penolakan terhadap adanya pamrih yang selalu mengikuti perbuatan, untuk itulah ia bertekad menjalani prinsip bramkhacharya. Ketiadaan pamrih dapat dilakukan bila jiwa terikat pada prinsip Kebenaran Ilahiah. Inilah prinsip satyagraha, yaitu kepercayaan bahwa jiwa dapat diselamatkan dari kejahatan dunia, dan juga dapat memberikan pertolongan, sejauh jiwa itu senantiasa berada dalam pencariannya terhadap Tuhan melalui kebenaran dan hanya kebenaran.

Swadeshi dapat diartikan dalam beberapa arti yang bermacam-macacm oleh kaum politik India itu sendiri. Ada yang mengartikan sebagai suatu boikot tak mau membeli barang-barang buatan Inggris, yakni sebagi suatu taktik pejuangan menyerang. Ada pula yang mngartikan sebagai hanya sebagai usaha positif memajukan kerajinan sendiri, pertukangan sendiri, industrialisme sendiri. Ada yang memandangnya sebagai suatau senjata politik, dan ada yang pula yang memandangnya sebagai suatu usaha ekonomi yang bersangkutan dengan politik sama sekali.

Sementara itu, ahimsa adalah kekuatan cinta, suatu penghormatan pada semua bentuk kehidupan. Ini adalah ajaran yang dimiliki semua agama, yaitu manusia memiliki kewajiban menghindari kejahatan dengan melakukan perbuatan-perbuatan baik di dunia. Tentang ahimsa Gandhi menyatakan, “Ahimsa…bukan sekadar tingkatan tidak melakukan penyerangan secara negatif tetapi…tingkatan cinta yang positif, berbuat baik bahkan kepada pelaku kejahatan”.

Ajaran Gandhi ini didasarkan pada beberapa asumsi.

  1. Pertama, kemerdekaan dan kesejahteraan hanya dapat dimulai dari kemandirian individu. Maka masing-masing individu-individu harus mampu menyalurkan hasrat negatifnya pada tindakan-tindakan positif.
  2. Kedua, Gandhi meyakini bahwa perkembangan dan kemajuan akan diperoleh tidak melalui konsesi-konsesi dan reformasi-reformasi konstitusional, tetapi melalui perjuangan yang dilakukan oleh rakyat sendiri secara bersama. Untuk dapat membangkitkan kebersamaan itu dibutuhkan kekuatan cinta dan kerelaan untuk mengalami penderitaan rakyat. Cinta dan penderitaan sesama inilah yang dapat merekatkan perbedaan identitas dalam relasi saling ketergantungan yang dapat menghentikan konflik.

Melalui ajarannya itu, sejak tahun 1906, Gandhi terus-menerus berjuang melawan penjajahan dengan cinta dan solidaritas. Sejak tahun itu, Gandhi menyerukan kepada seluruh rakyat India untuk membuat beberapa bentuk kerajinan tangan sehingga tak ada lagi yang akan menjadi beban masyarakat. Gandhi berseru kepada rakyat India untuk menemukan kembali hubungan yang murni dan orisinil antara manusia dengan alam, karena dia yakin bahwa perceraian dengan alam adalah sumber dari segala penyakit.

Gandhi berseru agar rakyat mendidik dirinya mengenai dasar-dasar kesehatan dan lingkungan yang sehat, supaya bisa mencegah dan menghentikan bibit-bibit penyakit. Gandhi berseru agar melakukan berbagai aktivitas semacam pemeliharaan hutan dan memelihara lebah, membuat barang pecah belah dan kertas, sehingga tak ada seorang pun yang tidak mempunyai makanan, peralatan atau buku.

Gandhi berseru untuk mengembangkan pendidikan dasar melalui program kerja dan belajar di sekolah, sehingga anak-anak tumbuh dengan mengetahui cara membaca, menulis dan bagaimana bekerja dengan tenaga fisik. Gandhi menyerukan kepada rakyat berpartisipasi dalam majelis-majelis desa dan dengan cara ini rakyat dapat belajar memecahkan masalahnya sendiri.

Gandhi dengan ajaran anti kekerasan (ahimsa) yang dilakukan untuk kemerdekaan India telah memberi inspirasi kepada seluruh dunia. Dengan ajaran-ajarannya tersebut, hidup sederhana pun ia jalani. Dengan ahimsa perlawanannya cukup memberikan kekuatan kepada rakyat untuk turut serta melawan kekerasan. Ahimsa adalah perjuangan dengan kekuatan cinta dan kasih sayang. Perjuangan untuk tidak menyakiti baik fisik maupun pikiran sehingga ahimsa bukan semata-mata menyakiti secara fisik. Melainkan perjuangan untuk melawan suatu ketidakbenaran. Ajaran ahimsa yang dianut oleh Gandhi menurut penulis merupakan bentuk representasi dari pengalaman uang diterimanya dalam lingkingan keluarganya, karena sebagaimana yang telah diketahui bahwa Gandhi berasal dari keluarga yang religius yang menghargai nilai-nilai kemanusiaan dan rasa cinta kasih terhadap sesame.

Ajaran selanjutnya dari Gandhi adalah swadesi atau berusaha untuk mandiri dengan mencukupi kebutuhan diri sendiri. Ini tidak serta merta dilakukan begitu saja, namun harus dibangun sistem untuk menciptakan kekuatan baik pada diri maupun kepada rakyat. Misalnya membangun perekonomian yang menghidupkan kekuatan masyarakat sehingga menghilangkan ketergantungan pada pihak asing. Pendidikan juga memiliki peran penting dalam mewujudkan kemandirian ini, karena disinilah karakter masyarakat dibentuk untuk melakukan pengendalian diri. Bagi penulis, ajaran ini merupakan bentuk kekhawatiran Gandhi terhadap masuknya produk-produk asing ke India sehingga masyarakat India semakin konsumtif untuk itulah kemudian dia mengajak rakyat India agar mau untuk memproduksi barang-barangnya sendiri tanpa harus bergantung terhadap produk asing.

Bramkhacharya merupakan salah satu prinsip ajaran Gandhi yang terlihat tidak terlalu menonjol dibanding ajaran-ajarannya yang lain. Ajaran ini memusatkan diri pada pengendalian hawa nafsu (seksual), dimana dia beranggapan bahwa segala kejahatan di muka bumi ini dapa diredam apabila manusia dapat mengendalikan hawa nafsunya. Bagi penulis ajaran tersebut cukup baik, namun mematikan hasrat seksual bagi manusia dapat menghancurkan peradaban manusia itu sendiri.

Melalui satyagraha, berpegang teguh pada kebenaran yang dibarengi dengan teladan membuat Gandhi diikuti oleh banyak pengikutnya. Apalagi dengan ditambah kejujuran dan kesederhanaan Gandhi. Satyagraha menekankan sebuah perjuangan menentang ketidakadilan melalui kesediaan diri menanggung penderitaan. Beberapa gerakan satyagraha yang dipimpin Gandhi di India adalah berjuang untuk para petani miskin pribumi Champaran, pemogokan buruh pabrik di Ahmedabad dan Kheda, melakukan pembaruan pada Konggres Nasional India dan yang paling fonumental adalah mengubah resolusi penting menuntut status dominian bagi India dibawah pengawasan gerakan Satyagraha di seluruh India di Kalkutta pada Desember 1928.

Gandhi adalah pemimipin yang paling inspirasional pada awal abad 20. Advokasinya tentang aksi ketidakpatuhan warga sertatanpa kekerasan adalah cara yang paling efektif untuk mencapai perubahan sosial yang mempengaruhi pergerakan-pergerakan lain di dunia, seperti perjuanagan Marthin Luther King Jr. di Amerika Serikat yang terinspirasi oleh perjuangannya dalam menuntut persamaan hak dan penghapusan tindakan diskriminasi antara masyarakat kulit putih terhadap masyarakat kulit hitam.

Jika ajaran Mahatma Gandhi diikuti, relatif hal itu akan bisa terhindari. Andaikan banyak pihak mau mengikuti gerakan ahimsa (ajaran yang menolak kekerasan), maka korban kemanusiaan tidak akan terjadi. Karena apabila kekerasan dibalas dengan kekerasan hanya akan melahirkan kebencian dan tidak melahirkan bibit-ninit permusuhan baru.

Gandhi mengajarkan kita pada pentingnya memperjuangkan sesuatu berdasarkan kebenaran (satyagraha). Lebih lanjut, perjuangan itu juga harus berada di jalan yang benar dan bermoral.

Seharusnya perjuangan Gandhi dapat menjadi teladan bagi kita mengenai pentingnya menghargai hak-hak manusia dan rasa cinta kasih terhadap sesama.

Father Of The Nation/Mahatma Gandhi, and His Killer/Nathuram Godse

Gandhi signature

▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄▀▄▀

Komentar»

No comments yet — be the first.

Tinggalkan komentar